Ilustrasi |
JURNALPOS
-Provinsi
Jawa Barat masih menjadi provinsi nomor satu penyumbang Angka Kematian Ibu (AKI)
dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia. Pasalnya hal tersebut dipicu oleh
jumlah penduduk yang semakin bertambah di tiap tahunnya serta minimnya
informasi kepada masyarakat mengenai kesehatan kehamilan. Menyikapi hal tersebut, Dinas
Kesehatan Jawa Barat menggelar Diskusi Publik terkait penanggulangan angka
kematian Ibu dan Bayi di Jawa Barat, di
Gedung Dinas Kesehatan Jawa Barat, Kamis(23/6/2015).
“Untuk menilai suatu
kemajuan negara itu dilihat dari nilai kesepakatan negara, dengan 172
indikator termasuk di dalamnya
kesehatan. Kesehatan sendiri dinilai hanya satu angka, umur harapan hidup. Yang
ternyata nilai umur harapan hidup itu sangat ditentukan indeks komposit yang
terdiri dari angka kematian ibu dan bayi didalamnya,” ujar Kepala Dinas Kesehatan
Jawa Barat, Alma Lucyati.
Menurutnya, angka
kematian Ibu dan Bayi bukan hanya terjadi atas faktor pelayanan kesehatan yang
rendah melainkan jumlah penduduk di Provinsi Jawa Barat yang kini menempati posisi pertama paling
banyak di Indonesia. Maka wajar jika angka kematian juga banyak terjadi di Jawa
Barat.
Data Dinas Kesehatan
Jawa Barat menyebutkan terjadi kenaikan angka kematian Ibu sebanyak 823 jiwa dari
951.319 bayi lahir hidup pada tahun 2015. Dengan daerah penyumbang angka
kematian terbanyak yaitu Kabupaten Bogor sebanyak 69 jiwa. Menyusul di
belakangnya Kabupaten Karawang sebanyak 68 jiwa, Kabupaten Indramayu 55 jiwa,
kabupaten Tasikmalaya 55 jiwa, serta Kabupaten Sukabumi sebanyak 54 jiwa.
Sedangkan Angka
Kematian Bayi sekitar 4124 jiwa di tahun 2015. Angka ini dipicu oleh beberapa
faktor. Seperti yang dijabarkan oleh Sekretaris Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat
Uus Sukmara dalam diskusi di Gedung Dinas Kesehatan Jawa Barat, terdapat tiga
faktor pemicu kenaikan angka kematian ibu dan anak. Diantaranya faktor penyebab
langsung, penyebab tidak langsung dan penyebab mendasar.
“Penyebab langsung itu
seperti perdarahan, Hipertensi dalam kematian, Infeksi, Abortus, dan lain
sebagainya. Kemudian penyebab tidak langsung seperti pelayanan kesehatan, waktu
tempuh, jarak. Sedangkan penyebab mendasar ialah penyebab yang berkaitan dengan
kemiskinan, ketidaktahuan, lingkungan dan sejenisnya,” papar Uus Sukmara kepada
Jurnalpos, Kamis(23/6/2016).
Uus menambahkan bahwa
ketiga faktor penyebab ini saling berkaitan. Ketika salah satu faktor penyebab
terjadi, maka dapat dipastikan disebabkan oleh faktor penyebab lainnya. Dalam
menanggulangi suatu masalah, menurutnya, terlebih dahulu kenali penyebab
terjadinya masalah tersebut.
“Kalau kita ingin
menyelesaikan semua yang berkaitan dengan kematian ibu dan bayi, akan sangat
bergantung dari penyebab tersebut. Nah
penyebab yang berkaitan dengan layanan kesehatan akan sulit dilakukan jika
persoalan-persoalan lintas sektoral untuk menyelesaikan masalah kesehatan ibu
dan anak ini tidak dilakukan secara menyeluruh. Percuma saja pelayanan
kesehatan ditingkatkan jika masyarakatnya sendiri tidak tahu bagaimana cara
menggunakannya,” ujarnya.
Reporter : Siti Dzakiyyah
Redaktur : Zaira Farah Diba
0 comments:
Post a Comment