JURNALPOS-
Bandung
merupakan salah satu kota yang banyak menyimpan sejarah perjuangan dalam
kemerdekaan Republik Indonesia. Adalah Ir. Soekarno seorang proklamator yang
banyak meninggalkan kisah dan cerita di Kota Bandung seperti penjara Banceuy
dan rumah istrinya Inggit Ganarsih di daerah Ciateul.
Dalam rangka
memperingati hari lahirnya Pancasila dan Pidato Bung Karno pada tanggal 1 Juni
2016 ini, penjara Banceuy merupakan salah tempat yang wajib dikunjungi sebagai
saksi sejarah perjuangan Soekarno yang mampu menghasilkan satu bab tulisan
mengenai “Indonesia Menggugat.”
Meski sering dikunjungi
baik oleh pejabat daerah atau nasional, penjara Banceuy belum mendapatkan dana
untuk persoalan sarana dan prasana. Penjara Banceuy sebatas situs yang ramai
didatangi untuk beberapa peringatan hari besar yang berkaitan dengan Bung
Karno. Hal tersebut diakui oleh Ahmad, pengurus sekaligus pemelihara situs
tersebut.
Laki-laki yang memakai
baju kemeja putih dan celana hitam itu mengakui bahwa penjara Banceuy masih
sering didatangi oleh beberapa tamu, namun untuk masalah dana belum kunjung
turun. Berbeda dengan Banceuy, kini rumah milik istri pertama Bung Karno,
Inggit Ganarsih yang terletak di Jalan Ciateul sudah berada di bawah naungan
Museum Sri Baduga atau Dinas.
“ Saya di sini sudah 32
tahun merawat, mengurus, memelihara penjara Bung Karno, karena rasa memiliki.
Kalau yang datang ya banyak yang datang ke sini, tapi kalau masalah dana untuk
sarana dan prasarana atau perawatan, masih belum ada jawaban sama sekali dari
pemerintah, padahal sudah ada pengajuan,” ujar Ahmad saat ditemui,Rabu
(1/6/2016).
Ahmad mengakui ia tidak
mempermasalahkan menyoal dana atau tunjangan untuk dirinya, namun ia lebih
membahas kepada dana untuk pemeliharaan penjara yang merupakan aset negara. Ia
pun mengakui, untuk merenovasi peninggalan yang sudah puluhan tahun tersebut
menggalang dana dari relawan, bukan dari dana pemerintah.
“Ini dananya dari
relawan. Dulu yang jadi ketuanya itu Ridwan Kamil bukan saat jadi Walikota
sekarang. Sudah diajukan, kepada Walikota pun sudah, tapi belum ada jawaban
dari Dinas Pariwisatanya, saya pun sudah menanyakan, tapi ya begitu,” jelasnya.
Di lain pihak, penjaga
atau pengelola rumah bersejarah Inggit Ganarsih, Jajang Ruhiyat pun mengatakan
untuk masalah kesejahteraan para pekerja penjaga sejarah seperti Ahmad dan
dirinya memang dikatakan masih minim dan kurang gajinya, tapi ia tidak ingin
menuntut banyak asalkan sarana dan prasaran dari tempat bersejarah terus
dijaga.
Jajang mengatakan saat
ini di rumah tersebut sudah ada pegawai outsourching
atau cleaning service yang bekerja.
Ia merasa pekerjaan menjadi ringan, meskipun ketika menghitung-hitung
penghasilan tetap masih di bawah. Namun
Jajang merasa lebih beruntung dibanding Ahmad yang belum mendapatkan
gaji semenjak mengurus penjara Banceuy.
“Saya mengajukan mulai
mendapat gaji tahun 2011, sekarang pekerja di rumah Bu Inggit ada enam orang
termasuk saya. Tapi ya tetap gaji tetap tinggi mereka. Bukan itu sih
sebenarnya, tapi lebih bagaimana kita mengelola saja dan bagaimana perhatian
pemerintah kepada situs-situs yang bersejarah itu,” kata Jajang.
Baik Jajang atau pun
Ahmad mengakui tidak menuntut untuk adanya gaji yang jelas kepada mereka, namun
mereka lebih menuntut dana menyoal sarana dan prasana dalam mengurus,
memelihara serta menjaga situs bersejarah tersebut. Ahmad misalnya, ia mengaku
kadang untuk beberapa hal rela mengeluarkan uang pribadinya dalam menjaga situs
tersebut.
“Kalau sekarang kan
zamannya udah beda. Bukan sejarah yang dicari orang, tapi tempatnya. Bukan
ceritanya, tapi foto-fotonya. Saya di sini tidak mau nuntut banyak, setidaknya
ada alokasi untuk mendanai situs-situs bersejarah ini, agar lebih terjaga dan
terurus. Kalau kami niat menjaga, dengan hati. Tapi inikan milik negara bukan
milik saya saja, harus ada administrasi dan perhatian juga dari pemerintah,
dapur saya juga harus mengebul tiap harinya kalau didanai sendiri terus,”
ungkap Ahmad.
Reporter : Restia
Aidila Joneva
Redaktur : Zaira Farah Diba
0 comments:
Post a Comment