Aditya Herlambang Putra (kanan) berbagi pengalamannya dalam pembuatan
photo story dalam Bincang Persma, Sabtu (5/11) di Kafe Kaka Jalan Tirtayasa No 49
Bandung. Photo story tidak hanya sekadar memotret, namun juga mengemas foto sedemikian
apik dengan impact yang jelas. (Kontributor/Ridwan Alawi).
Jurnalposmedia.com - Forum Komunikasi Pers Mahasiswa
Bandung (FKPMB) menggelar kegiatan Diskusi Pers Mahasiswa pada
hari Sabtu, (05/11) di Kafe Kaka Jalan Tirtayasa No. 49 Bandung.
Pewarta foto Indonesia,
Aditya Herlambang Putra mengatakan bahwa sebuah penyampaian pesan idealnya
memiliki sebuah nilai. Faktanya, banyak pewarta yang mengalami perang batin
saat tengah membidik momen yang berpegang pada realita. Lebih lanjut, sebuah
media saat menayangkan gambar tentunya harus mengandung kejujuran.
Photo story menjadi sebuah karya andalan bagi sebagian kalangan Pewarta Foto Indonesia. Photo story berbeda dengan photo essay yang lebih didominasi kepada subjektif sedangkan photo story terasa lebih kental kepada sebuah realita.
Aditya juga berbagi
pengalamannya menemukan gagasan photo
story. Menurutnya, sebuah ide muncul secara tidak sengaja namun tetap
terkonsep. Photo story berbeda dengan spot news dimana sebuah foto dirangkai berpadu
dengan informasi yang digali lebih dalam. Sedangkan spot news merupakan sebuah momen yang bisa didapat seketika.
"Seorang pewarta foto menyampaikan bukan hanya
untuk kepentingan," jelas Aditya, Sabtu (5/11).
Ia menambahkan banyak
tantangan yang dihadapi oleh seorang pewarta, pertama mengenai penguasaan
masalah, kedua mengenai pendekatan personal. Kebanyakan secara alamiah timbul
rasa haru, terlebih
saat mengambil sebuah foto human interest.
Hal tersebut disampaikannya
dalam Bincang Persma di Jalan Tirtayasa No 49 Kota Bandung.
"Dalam penggarapan photo story, impact yang didapat harus
jelas. Kemudian mempertimbangkan
seberapa penting konten itu dibuat," tandasnya.
Reporter : Awallina Ilmiakhanza
Redaktur :
Maulida Madini
0 comments:
Post a Comment