Bonnie Setiawan (kiri), Dede Mulyanto (tengah), Kemal
A. Hadi (Kanan), dan Firman/moderator (samping kanan) saat memaparkan diskusi yang
bertemakan "Soekarno dan Perjuangan Kelas", di Gedung Indonesia
Menggugat Bandung, Sabtu (21/05/2016). (Jurnalpos/Dini Fitrianti)
JURNALPOS- Festival Indonesia Menggugat (FIM) menggelar diskusi
terbuka dengan mengusung tema "Soekarno dan Perjuangan Kelas" di
Gedung Indonesia Menggugat (GIM). Diskusi ini dihadiri oleh tiga pemateri,
yakni Bonnie Setiawan, Dadan Mulyanto, dan Kemal A. Hadi,Sabtu (21/05/2016).
Bonnie memaparkan tentang Soekarno dan Pemikiran Marxismenis,
menurutnya sejak tahun 1930 banyak risalah yang dibuat Soekarno dalam
pidatonya, salah satunya mengenai kelas. Terjadi dua pembelahan kelas yang
bertentangan dalam kapitalisme.
“Kelas tersebut terbagi menjadi dua, kelas pemilik
modal dan kelas yang tidak memiliki modal. Kelas yang memiliki modal adalah
kelas dimana kaum kapitalis sebagai kaum yang menguasai produksi, dan kelas
yang tidak memiliki modal merupakan kaum buruh yang bekerja untuk kaum
kapitalis,”kata Bonnie.
Bonnie menuturkan, Soekarno, Marxisme, dan Komunisme
mempunyai hubungan yang erat sekali. Hal ini menyebabkan Soekarno menjadi
seseorang yang tersingkir, karena pahamnya yang menganut paham kiri. Dengan menyingkirkan
Soekarno otomatis akan menyingkarkan pandangan marxisme.
“Bangsa Indonesia jika kita rasakan dan kita
perhatikan, mereka cenderung menganut paham kiri, termasuk dengan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945 yang mana di dalamnya terdapat paham kiri,”tambahnya.
Bonnie menambahkan, Marxisme dan Indonesia mempunyai
hubugan yang dekat bahkan Bung Karno tidak sekedar nasionalis saja, namun Bung
Karno condong ke marxismme. Keotentikan marxisme dimana Soekarno mengamalkan
ajaran marxisme ke dalam konteks di Indonesia, yang mana disesuaikan dengan
konteks yang di ada di masyarakat itu sendiri.
"Tidak seharusnya marxisme ditakuti, karena
titik terendah peradaban itu ketika diskusi marxisme dilarang dan buku-buku
yang di bredel", kata Bonnie
Reporter : Dini Fitrianti
Redaktur : Zaira Farah Diba
|
0 comments:
Post a Comment