Sosok Obay, si Pengamen Inspiratif. (Jurnalpos/Siti Dzakiyyah) |
JURNAPOS- Mempunyai suara merdu serta pintar memainkan
alat musik gitar, menjadi modal Obay untuk mengais sedikit rezeki di Kota Besar
Bandung. Obay adalah nama pemberian teman-temannya di jalanan. Ia berasal dari Banjaran, Kabupaten Bandung.
Hidup sendirian di kota besar memang tidak mudah untuk gadis belia sepertinya.
“Hidup
itu untuk berjuang keras”. Begitulah kata yang dipegang teguh oleh sesosok gadis muda berumur
belasan itu. Baginya rezeki, jodoh dan
mati hanya di tangan Tuhan. Lima tahun berjemur di bawah teriknya matahari, tak
membuat Obay menyerah untuk mengais sedikit rezeki dari tangan-tangan pemurah
saat mendengarkannya bernyanyi.
Obay bekerja sebagai pengamen jalanan di Kota Bandung sejak ia dikeluarkan dari sekolahnya lima tahun yang lalu. Di drop out dari sekolah ketika duduk di bangku 2 SMA, ternyata tak membuat semangatnya untuk kembali bersekolah padam. Bulan lalu Obay telah menamatkan sekolah menengah atasnya melalui ujian persamaan paket C.
“Saya
disuruh pesantren sama orang tua. Saya pengennya sekolah yang formal aja gitu.
Terus dikasih pilihan sama orang tua, mau angkat kaki dari rumah apa mau
sekolah pesantren lagi, ya saya milih minggat,” tutur gadis bertubuh kurus itu.
Dua
tahun meninggalkan rumah menjadikan Obay sosok yang mandiri. Ia belajar
mengamen sedikit demi sedikit. Setelah ia mampu menghasilkan uang yang cukup
untuk dirinya, Obay memberanikan untuk pulang menemui orang tuanya.
“Awalnya
orang tua ngga nerima, ya pengamen itu kan dinilai pekerjaan yang hina. Tapi
karena kemauan saya yang keras, orang tua nerima aja,” lanjutnya. Kini hubungan
Obay dengan kedua orang tuanya telah membaik. Sekali sebulan ia sempatkan untuk
menengok keluarganya di Banjaran Kabupaten Bandung.
Obay
adalah sosok yang selalu tersenyum. Walau peluh jatuh dari wajahnya,
semangatnya tak pernah luntur. Secara sepintas orang akan mengira ia lelaki.
Tapi siapa sangka di balik baju kotak-kotak biru yang selalu ia pakai tersimpan
sosok wanita yang tangguh.
“Hidup
di kota besar itu sulit, apalagi buat pengamen perempuan kaya saya. Suka banyak
yang ngelecehin, makanya saya pilih berpakaian kaya laki-laki, buat melindungi diri,” ujar Obay (19) saat mengamen di salah satu rumah
makan di Bandung.
Walau
penghasilan sehari-hari tidak seberapa, biaya rumah kos-kosan yang ditempatinya,
ia bayar dari hasil bernyanyi dari satu tempat ke tempat lain.“Ya kalau mau
hidup ya usaha, kalau mau makan ya cari uang. Harus giat. Kalo malas kerja, ya
hasilnya juga ngga akan seberapa,” lanjut
Obay sambil tersenyum simpul.
Anak
pertama dari tiga bersaudara ini mengaku pernah diringkus Satpol PP saat sedang
beraksi di alun-alun kota Bandung. Ia ikut diangkut oleh para pengamen jalanan
lainnya saat terjaring razia pengamaen dan pengemis.
“Waktu
itu polisi itu suruh saya push up, ya saya ngga bisa, otot dari mana. Pak
Polisinya ngga percaya saya perempuan, saya liatin aja KTP,” ujarnya sambil
tertawa. Polisi kemudian menyita Gitar pertama yang baru ia beli waktu
itu. Setelah diperiksa di kantor
kepolisian, ia dipulangkan ke rumahnya. Tetapi
hal tersebut tak membuatnya takut untuk kembali mencari rejeki.
Rute yang biasa Obay lewati yaitu palasari
hingga asia-afrika. Dari satu angkot ke angkot yang lain, satu tempat ke tempat
lain sambil membawa gitar yang kemudian ia beli kembali. Semangatnya tak
luntur, hobi bernyanyinya ia tuangkan untuk menghibur orang-orang.
“Sebenarnya
dulu ngga bisa main gitar, pas awal-awal ikut ngamen sama temen, katanya suara
saya bagus terus saya diajarin main gitar. Sekarang udah bisa mandiri sendiri
ngamennya,” tutur Obay.
Pekerjaan
sebagai pengamen perempuan memang memiliki banyak resiko. Perdebatan saat
perebutan lapak sering terjadi diantara para pengamen. Tak jarang Obay kerap
dipukuli.“Suka ada yang tiba-tiba nonjok,
terus najong. Bilang kalau lapaknya
milik dia, ya saya langsung ngalah aja cari tempat lain dari pada dipukuli
lagi,” kenangnya.
Lima tahun baginya waktu yang sebentar. Telah banyak suka dan duka ia lewati di jalanan. Dari perlakuan kasar para pengamen lain, bentrok pembagian lapak, hingga masyarakat yang tak senang ketika ia mengamen.
“Pernah
waktu itu diusir, ya mau gimana lagi namanya juga kita lagi nyari rejeki,”
papar Obay. Namun dibalik duka selalu ada hikmahnya. Menurutnya rezeki sudah
ada yang mengatur. Jadi tak perlu khawatir tidak mendapatkan uang.
Memiliki suara yang bagus memang menjadi daya tarik untuk sebagian orang. Tak heran ketika mendengarkan Obay menyanyi mata para pengunjung rumah makan atau orang yang sedang disekitarnya tertuju padanya. Bahkan ada yang merekam ketika Obay sedang menunjukkan kebolehannya.
“Waktu itu pernah tampil di Dahsyat tahun 2013 sekali, abis itu yaudah gitu ngga pernah ada panggilan lagi. Keinginan saya mah pengen nampil lagi gitu di Tv,” ujar Obay mengenang masa itu sambil terkekeh.
Keinginan
untuk mengikuti Audisi Mencari bakatpun selalu ia harapkan. Namun terkadang
kendala-kendala seperti uang administrasi dan pungutan liar membuatnya tak
lolos ke tahap berikutnya.
“Pernah
waktu itu ikut audisi. Lolos tahap-tahap awal mah. Tapi kesananya engga karena
ada pungutan biaya gitu dan itu ngga sedikit nilainya,” ujarnya.
Tak
sedikit acara audisi yang ia ikuti. Namun berujung pada hal yang sama yaitu
uang. Keinginan Obay untuk menjadi penyanyi terkenal membuatnya belajar untuk
bisa mengerti dan bernyanyi dalam bahasa inggris. Tak kadang pelafan kata yang
diucapkannya fasih yang menjadikannya enak untuk didengar.
“Belajar
bahasa inggris otodidak aja. Dengerin lagunya liat liriknya. Terus update
lagu-lagu terbaru, gitu aja
sih,” ungkapnya.
Berbicara
mengenai penghasilan ia tak muluk-muluk. Berapapun jumlah yang diberikan orang
lain untuk dirinya, ia selalu bersyukur. Selalu memegang prinsip bahwa rezeki
di tangan Tuhan dan kita hanyalah manusia yang harus terus berusaha.
Penghasilan
yang biasa Obay dapatkan sekitar Rp.50.000/hari hingga Rp.200 ribu/hari.
Berbeda di bulan Ramadhan, menurut Obay penghasilannya bisa lebih dari
biasanya.
“Datangnya
ramadhan itu penghasilan jadi nambah, tapi biasanya suka banyak di pertengahan,"
Baginya
Bulan Ramadhan tidak akan menurunkan penghasilannya sehari-hari. Walau harus
menahan haus dan lapar, baginya mencari sesuap nasi memang harus ada
pengorbanan.
“Penghasilan
di bulan ramadhan cukuplah untuk beli baju-baju lebaran. Soalnya orang lebih
banyak datang ke rumah makan untuk buka bersama kaya gitu,”lanjutnya.
Menurutnya Bulan Ramdhan kali ini akan kembali membawa berkah untuk dirinya. Ia
berharap Bulan Ramadhan tahun ini penghasilannya bertambah dan dapat membelikan
baju lebaran untuk orang tuanya dan keluarganya.
Reporter : Siti Dzakiyyah
Redaktur : Zaira Farah Diba
0 comments:
Post a Comment