ilustrasi |
JURNALPOS-
Pembangunan selalu indentik dengan perencanaan-perencanaan yang dilakukan
pemerintah dan dijanjikan kepada rakyat. Dalam bukunya Y. Dior “The Planning Process” mengatakan bahwa
“Perencanaan adalah suatu proses penyiapan seperangkat keputusan untuk
dilaksanakan pada waktu yang akan datang yang diarahkan pada pencapaian sasaran
tertentu”.
Perencanaan
disusun untuk menyelesaikan dan memecahkan masalah tertentu dan pada waktu
tertentu pula. Perencanaan pembangunan pun mempunyai kurun waktu yang panjang
dan diekspetasikan untuk masa depan.
Perencanaan
pembangunan menjadi suatu proyeksi yang sangat diharapkan dimasa akan datang.
Oleh sebab itu proyeksi yang dilakukan pun harus membuat asumsi-asumsi tepat
agar perencanaan tersebut menjadi realita. Berdasarkan sejarah yang telah
dilalui oleh bangsa Indonesia sejak awal kemerdekaan hingga sekarang. Berbagai
perkembangan mulai infrastruktur, suprakstruktur, ekonomi, politik bahkan
keamanan.
Menyinggung,
masalah suprastruktur selalu menjadi bahasan penting ketika rakyat menagih
janji para pemegang kekuasan. Bagaimana tidak sebagian rakyat atau masyarakat
Indonesia pernah dijanjikan oleh beberapa calon pemimpin untuk memegang
kekuasaan. Seperti pembangunan jembatan, memperbaiki jalan-jalan yang rusak dan
mendirikan lembaga-lembaga seperti sekolah dan rumah sakit.
Berbagai
kegagalan yang telah dialami Indonesia hingga sekarang, semakin menumbuhkan
persepsi-persepsi buruk dalam otak masyarakat kita. Kendati, jika menoleh
kebelakang permasalahan-permasalahan yang ada. Seperti yang terjadi pada tahun
1961-1969 kegagalan Semesta Berencana dalam penyempurnaan kelembagaan di bidang
perencanaan namun dalam pelaksanaanya, pembangunan nasional semesta berencana
menemui berbagai hambatan, antara lain inflasi dalam negeri yang tidak
terkendali, akibat pengeluaran untuk proyek-proyek yang kurang produktif dari
segi ekonomi.
Bahkan untuk menanggulangi masalah tersebut pemerintah
harus senering nilai rupiah dari
1.000.00,00 menjadi Rp.1.00 pada bulan Desember 1965. Keadaan ini diperparah
oleh pemberontakkan G-30-S-PKI yang memporak-porandakan seluruh sistem perekonomian. Dan akhirnya
kegagalan yan terjadi pada sistem perencanaan pembangunan semesta berencana.
Kegagalan
dalam perencanaan serta kebijakan-kebijakan pembangunan, mengakibatkan
hancurnya perekonomian Indonesia. Mungkin, kegagalan yang sangat fatal terjadi
pada masa lalu. Indonesia kini hanya mengalami kegagalan yang semakin
bertahap-tahap.
Setiap pemimpin memiliki program kerja tertentu dalam membangun
infrastruktur pada masa jabatannya, beberapa poin yang pernah dijanjikan masih
tersirat dibenak rakyat sehingga, satu poin saja belum terlaksana kan menjadi
persepsi negatif terhadap pemerintahan itu sendiri. Contoh, kemacetan Jakarta dan
masalah banjir yang tak terselesaikan menjadi pemilihan visi setiap calon
pemimpin ibukota. Sehingga, setiap calon menunjukkan programnya untuk kedepan
membangun suprastruktur yang dapat
mengatasi macetnya dan banjirnya Ibukota Negeri ini. Tetapi, nyatanya terkadang
ekspetasi tidak sesuai realita.
Rakyat
hanya bisa berharap dan melihat program pembangunan yang sudah direalisasikan.
Kestabilan politik dalam negeri sangat dibutuhkan dan sangat mempengaruhi
pembangunan. Apabila, pembangunan sudah tercampuri dengan politik dan
kepentingan individu semua program yang direncanakan akan mendapatkan
kekacauan. Kestabilan keamanan Negara juga mendukung proses pembangunan.
Perencanaan
yang realistis harus disesuaikan dengan kemampuan anggaran Negara bukan hanya janji-janji
tapi tanpa bukti yang nyata, semua pembangunaan membutuhkan perkiraan yang
akurat. Serta, apabila pemerintahan sudah berjalan dan pembangunan mulai
bergerak harus ada koordinasi yang baik antara pemerintahan pusat dan
daerah.Semua permasalahan yang dahulu kita jadikan pembelajaran.
Jangan
sampai mengulangi masa kelam dimana Indonesia menjadi krisi akan segalanya.
Pentingnya Integrasi dan Kualitas rakyat juga tidak dapat dipisahkan untuk
menggapai cita-cita bangsa Indonesia.
Reporter
: Riska Y. Imilda
Redaktur
:Zaira Farah Diba
0 comments:
Post a Comment